Teori Pemrosesan Informasi Berbantuan Media
Teori
belajar oleh Gagne (1988) disebut dengan “Information Processing Learning
Theory”. Teori ini merupakan gambaran atau model dari kegiatan di dalam otak
manusia di saat memroses suatu informasi. Karenanya teori belajar tadi disebut
juga Information-Processing Model oleh Lefrancois atau Model Pemrosesan Informasi.
Menurut Gagne bahwa dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi,
untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil
belajar.
Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal
dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam
diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif
yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari
lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Asumsinya
adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan.
Perkembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran. Dalam pembelajaran
terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan
output dalam bentuk hasil belajar.. Pembelajaran merupakan keluaran dari
pemrosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang
terdiri dari: informasi verbal, keca- kapan intelektual, strategi kognitif, sikap,
kecakapan motorik.
Pemrosesan
informasi menunjuk kepada cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan,
mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep-konsep, dan pemecahan
masalah, serta menggunakan simbol-simbol verbal dan non verbal. Model ini
berkenaan dengan kemampuan memecahkan masalah dan kemampuan berpikir produktif,
serta berkenaan dengan kemampuan intelektual umum (general intellectual ability).
Asumsi yang mendasari teori-teori pemrosesan informasi
menjelaskan tentang (1) hakekat sistem memori manusia, dan (2) cara bagaimana
pengetahuan digambarkan dan disimpan dalam memori. Konsepsi lama mengenai
memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat penyimpanan
untuk menyimpan informasi dalam waktu yang lama, sehingga memori diartikan
sebagai koleksi potongan-potongan kecil informasi yang terlepas-lepas atau
saling tidak ada kaitannya. Akan tetapi pada tahun 1960-an memori manusia mulai
dipandang sebagai suatu struktur yang rumit yang mengolah dan mengorganisasi
semua pengetahuan manusia
Teori
Pemrosesan Informasi dalam Pembelajaran menurut Atkinson
Atkinson
dan Shiffin dalam Levitin (2002:296) menyatakan bahwa memori manusia terdiri
dari tiga jenis, yaitu sensori memori (sensory register) yang menerima
informasi melalui indra penerima seperti mata, telinga, hidung, mulut, dan atau
tangan, setelah beberapa detik informasi tersebut akan hilang atau diteruskan
pada ingatan jangka pendek (short term memory atau workingmemory).
Informasi tersebut setelah 5 – 20 detik akan hilang atau tersimpan ke dalam
ingatan jangka panjang (long term memory).
Teori
pemrosesan informasi berpijak pada tiga asumsi sebagaimana dikemukakan Lusiana
dalam Budiningsih (2005:82) bahwa:
a)
antara stimulus dan respon terdapat suatu seri
pemrosesan informasi di mana pada masing-masing tahapandibutuhkan sejumlah
waktu tertentu,
b)
stimulus yang diproses melalui tahapan tahapan
tadi akan mengalami perubahan bentuk atau isinya, dan
c)
salah satu dari tahap memiliki keterbatasan
kapasitas.
Metode
ini sangat cocok untuk pemerolehan kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur kecepatan spontanitas kelenturan daya tahan.
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
peran orang tua. Kekurangan metode ini adalah pembelajaran siswa yang berpusat
pada guru bersifat mekanistis dan hanya berorientasi pada hasil. Murid
dipandang pasif, murid hanya mendengarkan, menghafal penjelasan guru sehingga guru
sebagai sentral dan bersifat otoriter.
a. Short-Term
Sensory Store
Sistem
ini berfungsi untuk menyimpan sejumlah besar informasi yang diterima dalam
waktu yang singkat. Kompartemen dari sistem ini memerima tampa mencatatnya, dan
dalam waktu yang singkat akan hilang karena penambahan informasi baru. Hal ini
dapat kita andaikan , sebuah setrika yang sudah agak panas yang kemudian
panasnya berkurang dan sama sekali “hilang”. Sistem tersebut akan diterpa oleh
berbbagai bentuk stimulus-penglihatan, perabaan, pendengaran, kinesthesis, dan
seterusnya. Terdapat kemungkinan, berbagai rangsang sensoris yang berasal dari
luar itu diterima secara simultan dan masing masing rangsang tersimpan selama
waktu yang singkat.
b.
Short-Term Memory
Informasi
yang masuk pada sistem penyimpangan jangka pendek tidak semua diproses pada
tahap berikutnya, karena adanya penyaringan terhadap informasi yang relevan dan
tidak relevan. Proses seleksi ini ditentukan oleh kondisi tugas yang dilakukan
seseorang (misalnya mengamati perjalanan shuttlecock dalam permainan bulu
tangkis) atau oleh momen tertentu dalam suatu tugas (mula – mula penglihatan,
kemudian pendengaran seperti kerasnya suara”cocok” dipukul). Informasi yang
akan diproses ketahap berikutnya ialah karena kesesuaian dengan suatu situasi
untuk diproses kedalam sistem memori jangka pendek (STM). Memori ini merupakan
tempat penyimpanan informasi, bagi yang berasal dari Short-Term Sensory Store
(STSS) maupun yang berasal dari Long-term Memory (LTM).
c.
Long-term Memory
Kompartemen
memori jangka pendek jangka panjang adalah jumlah waktu dari informasi yang
dapat disimpan selain kemempuan menyimpan informasi. Bedasarkan teori kotak
memori dapat dijelaskan bahwa aktifitas memproses informasi disalurkan dari
penyimpanan jangka pendek ke penyimpanan jangka panjang, dimana informasi akan
tersimpan secara permanen supaya tidak hilang(Budiningsih, 2005: 82)
Menurut
Robert S. Siegler ada tiga karakteristik utama pendekatan pemrosesan informasi,
yaitu :
1. Proses Berpikir
Siegler
berpendapat bahwa berpikir adalah pemrosesan informasi, dengan penjelasan
ketika anak merasakan, kemudian melakukan penyandian, merepresentasikan, dan
menyimpan informasi, maka proses inilah yang disebut dengan proses berpikir.
Walaupun kecepatan dalam memproses dan menyimpan informasi terbatas pada satu
waktu.
2. Mekanisme Pengubah
Siegler
berpendapat dalam pemrosesan infromasi fokus utamanya adalah pada peran
mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat mekanisme yang bekerja untuk menciptakan perubahan dalam ketrampilan
kognitif anak:
a. Encoding (penyandian)
Encoding
adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori . Seperti halnya teori Gagne
yang menyatakan informasi dipilih secara selektif, maka dalam encoding
menyandikan informasi yang relevan dengan mengabaikan informasi yang tidak
relevan adalah aspek utama dalam problem solving. Namun, anak membutuhkan waktu
dan usaha untuk melatih encoding ini, agar dapat menyandi secara otomatis.
Memori
adalah rentensi informasi. Retensi informasi ini terus menerus melibatkan
encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali informasi pada saat diperlukan
untuk waktu tertentu.
b. Otomatisasi
Otomatisasi
adalah kemampuan untuk memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha
[43]. Peristiwa ini terjadi karena pertambahan usia dan pengalaman individu sehingga otomatis dalam memproses
informasi, yaitu cepat dalam mendeteksi kaitan atau hubungan dari
peristiwa-peristiwa yang baru dengan peristiwa yang sudah tersimpan pada memori
dan akhirnya akan menemukan ide atau pengetahuan baru dari setiap kejadian.
c. Konstruksi Strategi
Konstruksi
strategi adalah penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Dalam hal ini
Siegler menyatakan bahwa anak perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu
problem dan mengkoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan sebelumnya
yang relevan untuk memecahkan masalah.
d. Generalisasi
Untuk
melengkapi mekanisme pengubah, maka manfaat dari langkah ketiga yaitu
konstruksi strategi akan terlihat pada proses generalisasi, yaitu kemampuan
anak dalam mengaplikasikan konstruksi strategi pada permasalahan lain.
Pengaplikasian itu melalui proses transfer, yaitu suatu proses pada saat anak
mengaplikasikan pengalaman dan pengetahuan sebelumnya untuk mempelajari atau
memecahkan problem dalam situasi yang baru.
Permasalahan:
1.
Pembelajaran merupakan keluaran dari pemrosesan
informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities) yang terdiri dari:
informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap, kecakapan
motorik, jelaskan secara singkat maksud dari informasi verbal, kecakapan
intelektual, strategi kognitif, sikap serta kecakapan motorik!
2.
bagaimana cara kita sebagai pengajar/guru agar
dapat membuat suatu media pembelajaran yang mana jika diajarkan maka apa yang
kita sampaikan baik berupa pembelajaran
atau informasi akan terekam dalam memori peserta didik dalam waktu yang lama
bukan hanya sekedar mengerti pada saat itu saja?
3.
bagaimana cara guru / tenaga kerja dapat melakukan
pendekatan dalam pemroresan informasi pembelajaran dalam bentuk media sehingga apa yang akan kita sampaikan akan
mendapatkan respon yang baik bagi peserta didik?
4. apa yang anda ketahui tentang teori pemroresan informasi berbantuan media?
4. apa yang anda ketahui tentang teori pemroresan informasi berbantuan media?
Saya akan mencoba menjawab permasalahan nomor 1 yaitu jelaskan secara singkat maksud dari informasi verbal, kecakapan intelektual, strategi kognitif, sikap serta kecakapan motorik!
BalasHapus1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi, simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
2) Penerapan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian objek tersebut.
saya akan menjawab permasalahan yang kedua
BalasHapuscara agar kita sebagai guru membuat media sehingga informasi yang diberikan lewat media dapat berupa memori jangka panjang adalah dengan
1. membuat media pembelajaran sesuai dengan prinsip prinsip multimedia
2. membuat media dengan menarik, yang tidak membingungkan dan mempermudah siswa
3. membuat media yang sesuai dengan jenis jenis memori jangka panjang dimana ada 3 jenis yaitu
1.Ingatan Prosedural (Procedural Memory)Ingatan akan tindakan, keterampilan, dan operasi yang telah dipelajari, misalnya, individu mengetahui cara untuk bersepeda walaupun ia telah lama tidak bersepeda.2.Ingatan Semantik (Semantic Memory)Ingatan yang berisi pengetahuan umum mengenai makna suatu hal, misalnya, individu mengetahui makna kata “terbang”.3.Ingatan Episodik (Episodic Memory)Ingatan akan kejadian maupun pengalaman yang spesifik, mengetahui kapan dan di mana kejadian maupun pengalaman tersebut terjadi, misalnya, individu mengetahui kapan dan di mana ia melangsungkan pernikahannyawalaupun kejadian tersebut telah berlalu 20 tahun.
Saya akan menjawab permasalahan nomor 3
BalasHapusGuru dapat melakukan beberapa hal berikut agar informasi yang disampaikan dengan bantuan media pembelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa.
1. Memberikan motivasi kepada siswa.
Harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk materi pelajaran. Lagi pula pengalaman yang akan dialami siswa harus relevan dan bermakna baginya. Oleh karena itu, perlu untuk melahirkan minat dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang terkandung dalam media pembelajaran itu.
2. Guru harus memperhatikan perbedaan individual antar masing-masing siswa.
Siswa belajar dengan cara dan tingkat kecepatan yang berbeda-beda. Faktor seperti intelegensia, tingkat pendidikan, kepribadiannya, dan gaya belajar mempengaruhi kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar. Tingkat kecepatan penyajian informasi melalui media harus berdasarkan tingkat pemahaman.
3. Guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran.
Jika siswa diberitahukan apa yang diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu, kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar. Tujuan ini akan menentukan bagian isi yang mana yang harus mendapatkan perhatian pokok dalam media pembelajaran.
4. Guru harus memastikan siswa memiliki persiapan sebelum belajar.
Siswa sebaiknya telah menguasai secara baik pelajaran dasar atau memiliki pengalaman yang diperlukan secara memadai yang mungkin merupakan persyaratan untuk penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada sifat dan tingkat pemahaman siswa.
5. Guru harus membuat siswa berpartisipasi selama proses belajar.
Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada mendengarkan dan menonton secara pasif. Dengan partisipasi kesempatan lebih besar terbuka bagi siswa untuk memahami dan mengingat materi pelajaran itu.
BalasHapusSaya akan menjawab permasalahan no 4. Menurut saya pepprosesan informasi dengan media adalah bagaimana menyampaikan suatu informasi yang dibantu dengan adanya media atau perantara baik berupa teks, audio dll atau bahkan multimedia agar informasi dapat diterima dengan baik.