Pengembangan E-Learning Dalam Pembelajaran Kimia
Kemajuan dan kehadiran teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) dewasa ini memberi-kan peluang dan sekaligus tantangan
bagi dunia pendidikan. Salah satu peluang dan tantangan ini berupa pemanfaatan
TIK untuk mendukung proses belajar mengajar. Peluang yang dimak-sud adalah
adanya kemungkinan meningkatkan hasil belajar dengan memanfaatkan TIK. Ada-pun
tantangannya adalah tuntutan kemauan dan kemampuan untuk memanfaatkan TIK guna
meningkatkan hasil belajar. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran menuntut
dukungan kebi-jakan institusi, sarana dan prasarana, perangkat hardware dan software,
serta brainware, yakni sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan
mengelola dan menggunakan TIK.
Salah satu bentuk pemantaatan TIK dalam
pembelajaran adalah e-learning. Istilah e-learn-ing dalam beberapa tahun
terakhir ini merupakan istilah yang popluer di kalangan dunia pen-didikan,
khususnya di perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi bahkan menjadikan
e-learning sebagai nilai tambah yang menjadi kebanggaan untuk menarik calon
mahasiswa. Seo-lah keberadaan e-learning di sebuah perguruan tinggi menjadi
indikator bahwa pergururan tinggi tersebut merupakan perguruan tinggi “modern”
dengan fasilitas dan infrastruktur TIK yang membanggakan. Terlebih lagi dengan
keberadaan sistem-sistem informasi online lainnya seperti sistem informasi
akademik, sistem administrasi online, perpustakaan online (e-library), dan
lain-lain.
Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) sangat berpotensi un-tuk mendukung revolusi pembelajaran,
dengan enam dimensi kunci (JISC, 2004: 7):
(1) Konektivitas:
akses informasi secara global;
(2) Fleksibilitas:
belajar dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja;
(3) Interaktivitas:
interaksi antara pelajar dan materi pelajaran serta lingkungan belajar mau-pun
sumber belajar dapat dilakukan seketika dan secara langsung;
(4) Kolaborasi:
penggunaan fasilitas komunikasi dan diskusi online mendukung pem-belajaran
kolaboratif di luar kelas;
(5) Memperluas
kesempatan: materi e-learning dapat memperkaya dan memperluas materi
pembelajaran tatap muka; dan
(6) Motivasi:
pemakaian multimedia dapat membuat suasana belajar menyenangkan.
Selain itu, seperti disebutkan di dalam
buku panduan “Effective Practice with e-Learning” oleh The Joint Information
Systems Committee (JISC) Inggris, terdapat beberapa keuntungan TIK bagi para
praktisi di dalam melacak dan memantau kemajuan belajar siswa. Salah satu
bentuk pemanfaatan TIK dalam pembelajaran adalah e-learning.
Menurut Depdiknas (2008), bahan ajar dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik materi yang akan disajikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan alat bantu media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif seperti penggunaan komputer atau internet. Penggunaan internet dalam proses pembelajaran dikenal dengan istilah e-learning. E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2001).
Bahan ajar yang tersedia di sekolah
biasanya hanya berupa buku teks. Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
dan Atas (2010), bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat
materi yang disusun secara sistematis untuk membantu guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar.
E-learning membuat pembelajaran dapat lebih terbuka dan fleksibel. Pembelajaran
dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan dengan siapa saja. Salah satu media
yang dikembangkan untuk menunjang pembelajaran secara online adalah program LMS
(Learning Management System). Menurut Yasar dan Adiguzel (2010), Learning
Management System (LMS) adalah suatu pengelolaan pembelajaran yang mempunyai
fungsi untuk memberikan sebuah materi belajar, mendukung kolaborasi, menilai
kinerja peserta didik, merekam data peserta didik, dan menghasilkan laporan
yang berguna untuk memaksimalkan efektifitas dari sebuah pembelajaran. Selain
materi ajar, skenario pembelajaran perlu disiapkan dengan matang untuk
mengundang keterlibatan peserta didik secara aktif dan konstruktif dalam proses
belajar mereka (Hasbullah, 2009).
1. Konsep
Pembelajaran E-Learning
E-Learning adalah proses pembelajaran yang
menggunakan komputer, jaringan, perangkat lunak pengajaran yang dilengkapi
dengan fasilitas komunikasi, pemantauan dan evaluasi. E-learning itu dapat
diartikan sebagai suatu sistem dalam pembelajaran yang mengacu pada penggunaan
teknologi informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan
karakteristik-karakteristik seperti memanfaatkan jasa teknologi, memanfatkan
keunggulan komputer, menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri, dan
memanfaatkan jadwal belajar yang dapat dilihat pada komputer, serta memberikan
fasilitas yang dapat diakses oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara
pribadi.
2. Karakteristik
E-Learning
E-learning ini sendiri mempunyai beberapa
karakteristik seperti yang telah dikemukakan oleh Suyanto (2005) mengemukakan 4
karakteristik e-learning yang terdiri dari:
a. Memanfaatkan
jasa teknologi elektronik, dimana pengajar dan peserta didik, peserta didik dan
peserta didik, ataupun pengajar dan sesama pengajar dapat berkomunikasi dengan
relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang protokoler.
b. Memanfaatkan
keunggulan komputer (media digital dan jaringan komputer).
c. Menggunakan
bahan ajar yang bersifat mandiri yang dapat disimpan di komputer sehingga dapat
diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang bersangkutan
membutuhkannya.
d. Memanfaatkan
jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
berkaitan dengan administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di
komputer.
3. Komponen
E-Learning
a. Infrastruktur
E-Learning
Infrastruktur e-learning merupakan
peralatan yang digunakan dalam e-learning yang dapat berupa Personal Computer
((PC), yakni komputer yang dimiliki secara pribadi), jaringan komputer (yakni,
kumpulan dari sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router, atau
perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan menggunakan media komunikasi
tertentu), internet (merupakan singkatan dari Interconnection Networking yang
diartikan sebagai komputer-komputer yang terhubung di seluruh dunia) dan
perlengkapan multimedia (alat-alat media yang menggabungkan dua unsur atau
lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan
animasi secara terintegrasi). Termasuk di dalamnya peralatan teleconference
(pertemuan jarak jauh antara beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi
yang berbeda secara geografis) apabila kita memberikan layanan synchronous
learning yakni proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar
sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui teleconference.
b. Sistem
Dan Aplikasi E-Learning
Sistem dan aplikasi e-learning yang sering
disebut dengan Learning Management System (LMS), yang merupakan sistem
perangkat lunak yang mem-virtualisasi proses belajar mengajar konvensional
untuk administrasi, dokumentasi, laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas
dan peristiwa online, program e-learning, dan konten pelatihan), misalnya,
segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar seperti
bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum diskusi, sistem
penilaian (rapor), serta sistem ujian online yang semuanya terakses dengan
internet.
c. Konten
E-Learning
Konten e-learning merupakan konten dan
bahan ajar yang ada pada e-learning sistem (Learning Management System). Konten
dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya Multimedia-based Content (konten
berbentuk multimedia interaktif seperti multimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk mengoperasikannya) atau
Text-based Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada
di wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan dalam Learning
Management System (LMS) sehingga dapat dijalankan oleh peserta didik kapan pun
dan dimana pun.
4. Syarat
E-Learning
ü Kegiatan pembelajaran dilakukan
melalui pemanfaatan jaringan dalam hal ini internet.
ü Tersedianya dukungan layanan belajar
yang dapat dimanfaatkan oleh peserta belajar, misalnya CD-ROM atau bahan cetak
ü Tersedianya dukungan layanan tutor
yang dapat membantu peserta belajar apabila mengalami kesulitan
ü Adanya lembaga yang
menyelenggarakan/mengelola kegiatan e-learning
ü Adanya sikap positif pendidik dan
tenaga kependidikan terhadap teknologi komputer dan internet
ü Adanya rancangan sistem pembelajaran
yang dapat dipelajari/diketahui oleh setiap peserta belajar
ü Adanya sistem evaluasi terhadap
kemajuan atau perkembangan belajar peserta belajar
ü Adanya mekanisme umpan balik yang
dikembangkan oleh lembaga penyelenggara
5. Manfaat
E-Learning
a. Meningkatkan
kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat,
pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik
antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik,
maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity).
Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau
mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan
pendapatnya di dalam diskusi. Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat
konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur
untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang
terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat
tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada
pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau
kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun
menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan
dari teman sekelas.
b. Memungkinkan
terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas
secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui
internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar
ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan.
Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.
Peserta didik tidak terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan konvensional. Dalam
kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris telah memanfaatkan internet sebagai
metode/media penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka Indonesia (UT),
penggunaan internet untuk kegiatan pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap
awal, penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan tutorial saja
atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”.
c. Menjangkau
peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka
jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran
elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak
lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang
dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet.
Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of
content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam
teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut
membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga
dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan
perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di
samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula
dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas
hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi
pembelajaran itu sendiri.
6. Model
E-Learning
a. Selective
Model Jika jumlah komputer sangat terbatas, ia dapat ditunjukkan kepada siswa
sebagai bahan demontrasi saja. Jika ada beberapa komputer, siswa diberi peluang
untuk mendapat sedikit pengalaman ‘hands-on’.
b. Sequential
Model Jika jumlah komputer sedikit, siswa dalam kelompok kecil bergerak dari
satu set sumber informasi ke sumber yang lain. Bahan ‘e-learning’ digunakan
sebagai bahan rujukan atau bahan informasi baru. Jika terdapat beberapa
komputer, siswa diberi peluang untuk mendapatkan pengalaman ‘hands-on’.
c. Static
Station Model Jika jumlah komputer sedikit, Guru mempunyai beberapa sumber
berbeda untuk mencapai objektif pembelajaran yang sama. Bahan ‘e-learning’
digunakan oleh beberapa kelompok siswa manakala siswa lain menggunakan sumber
yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang sama.
d. Laboratory
Model Jika jumlah komputer mencukupi untuk semua siswa, maka bahan ‘e-learning’
dapat digunakan oleh semua siswa sebagai bahan pembelajaran mandiri. Model ini
boleh digunakan jika sekolah mempunyai perangkat komputer yang dilengkapi
dengan jaringan internet.
7. Metode
Penyampaian E-Learning
a. Synchronous
Learning
Pada pembelajaran synchronous kondisinya
mirip dengan pembelajaran konvensional hanya saja pada e-learning hal ini tidak
ditandai dengan kehadiran secara fisik. Pada bentuk synchronous ini pendidik
(instruktur), peserta didik dan rekan-rekannya melakukan “pertemuan” secara
online di internet. Melakukan proses belajar mengajar seolah sedang berada pada
ruang fisik yang sama.
b. Self-Directed
Learning
Pada kategori ini peserta didik melakukan
pembelajaran secara mandiri dengan mengakses berbagai referensi dan bahan
belajar yang disediakan. Tidak ada instruktur ataupun waktu khusus untuk
berdiskusi dengan sesama peserta didik. Masing-masing peserta didik melakukan
proses belajar sesuai dengan kebutuhannya.
c. Asynchronous
(Collaborative) Learning
Kategori ini mengkombinasikan karakteristik
dari kedua kategori sebelumnya. Peserta didik belajar secara mandiri namun
tetap berkomunikasi dengan peserta didik lainnya maupun dengan pendidik
walaupun tidak harus di waktu khusus.
8. Konsep
Pembuatan E-Learning
a. Langkah
Awal
Memahami seperti apa calon user. Lalu
menyesuaikan teknologi yang di gunakan oleh calon user sebelum membangun user
sebelum membangun software. Tujuan e-learning ini harus sudah disampaikan
kepada user sejak awal.
b. Mengatur
Konten
Navigasi adalah hal penting lain dalam
penyusunan E-Learning, tombol-tombol navigasi harus memudahkan user saat
berinteraksi, dengan fungsi yang jelas dan tidak membingungkan.
c. Storyboard
Storyboard adalah sketsa sederhana yang
dapat digunakan sebagai outline. Lakukan hal ini sebelum memulai desain pada
komputer.
d. Menggabungkan
Elemen Multimedia.
Menggabungkan berbagai format multimedia
untuk program E-Learning. Digunakan untuk menanamkan informasi kepada user.
e. Teks
Teks adalah elemen penting dalam
E-Learning. Dalam program e-learning terdiri atas membaca teks dan mengklik
layar tombol navigasi untuk berpindah ke teks berikutnya. Kalau bisa 6 baris
per halaman.
f. Audio
Gabungan teks dan audio memiliki pengaruh
yang besar pada saraf otak untuk memproses informasi.
g. Video
Dalam bentuk video berguna untuk
menjelaskan suatu subjek dalam konteks kegunaan. Pastikan materi video sudah
mengandung informasi yang di butuhkan untuk menjawab pertanyaan.
h. Animasi
Penggunaan animasi mulai dari hal sederhana
seperti perubahan warna/bentuk tombol saat mouse berada diatasnya (rollover)
sampai lingkungan 3D yang berubahn sesuai gerakan mouse.
i. Kuis/Test
Kuis dapat digunakan untuk mengukur sejauh
mana kemajuan user selama mengikuti pelatihan
j. Feedback
Feedback bertujuan untuk mengoreksi hal
yang salah satu atau meluruskan permasalahan.
Teknis Pelaksanaan E-Learning
Secara garis besar, teknis pelaksanaan
e-learning dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (1) hanya menggunakan media
Web biasa, dan (2) menggunakan software khusus e-learning berbasis Web yang
sering disebut dengan istilah learning management system (LMS). Pada cara
pertama, materi-materi pembelajaran disajikan pada sebuah situs Web. Siapapun
dapat mengakses materi secara bebas atau dibatasi dengan password (seperti
model langganan majalah/ jurnal). Komunikasi bisanya dilakukan menggunakan
e-mail atau forum diskusi khusus. Dalam hal ini biasanya tidak terdapat
fasilitas portofolio, sehingga dosen tidak memiliki informasi siapa yang telah
mengakses materi tertentu dan kapan akses dilakukan. Yang diperlukan untuk
menggunakan pendekatan ini hanyalah sebuah server Web.
Pada cara kedua, selain diperlukan server
Web juga diperlukan sebuah software (LMS) yang berfungsi untuk mengelola
e-learning. Software (sistem) LMS biasanya mempunyai fasili tas-fasilitas yang
berfungsi untuk (1) administrasi mahasiswa, (2) penyajian materi, (3)
komunikasi,(4) pencatatan (portofolio), (5) evaluasi, bahkan (6) pengembangan
materi. Berbeda dengan akses ke Web biasa, akses ke LMS biasanya memerlukan
nama user dan password, dan biasanya hanya dosen dan mahasiswa yang terdaftar
yang dapat melakukannya. Sistem LMS akan mencatat semua aktivitas yang
dilakukan mahasiswa selama mereka masuk ke dalam system e-learning. Pada gambar
berikut menyajikan diagram arsitektur sistem e-learning berbasis LMS (diadopsi
dari Kojhani, 2004).
9. Kelebihan
Dan Kekurangan E-Learning
Kelebihan:
· Dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja
· Kuota
tidak terbatas
· Kemudahan
mendapatkan materi dan info
· Materi
yang didapatkan lebih banyak
· Pembelajaran
lebih efektif dan efisien waktu
· Suatu
solusi yang ditawarkan dari E-learning adalah fleksibel dalam proses
pembelajaran. Tidak harus di kelas, dapat pula diterapkan dalam cara
pembelajaran jarak jauh (distance learning) yang dapat memanfaatkan teknologi
internet dan computer. Memungkinkan lebih banyak pembelajar yang mengikuti
proses pembelajaran E-learning ini karena dapat diakses dimana saja dan oleh
siapa saja.
· Jika
kita menggunakan system pembelajaran berbasis E-learning, maka kita akan mudah
untuk mendapatkan informasi dan materi. Kemudahan tersebut terletak pada saat
mencari materi atau info yang hanya tinggal ketik dan menunggu sebentar,
langsung materi bisa didapat. Memungkinkan menfaat banyak materi baik dari
dalam maupun luar negeri. Ini tentunya dapat menambah wawasan bagi kita dan
juga bisa meningkatkan hasil belajar kita.
Kekurangan:
· Kurangnya
dalam pemantauan.
· Saat
menggunakan pembelajaran berbasis E-learning, terdapat kekurangan yang tampak
pada pantauan dalam suasana belajar. Ini dikarenakan system mobile yang
diterapkan E-learning yang menyebabkan guru tidak dapat memantau secara
langsung pembelajaran terhadap siswanya.
· Perangkat
E-learning. Dalam pembelajaran E-learning, diwajibkan memiliki perangkat yang
membantu terwujudnya pembelajaran E-learning seperti computer, jaringan
internet, bila perangkat ini tidak ada, maka pembelajaran E-learning tidak
dapat berlangsung
· Cenderung
mengurangi aspek social
· Dengan
sering menghadapi computer tanpa berinteraksi secara langsung, menjadikan siswa
kurang melakukan sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan suatu
kekurangan yang dapat berpengaruh dalam keseharian.
Permasalahan:
1. jelaskan maksud dari belajar E-learning dapat
membuat pembelajaran jadi lebih terbuka dan fleksibel?
2. menurut pendapat anda apakah metode
penyampaian e-learning pada pembelajaran kimia dapat efektif? yang kita ketahui
pada metode penyampaian e-learning ada istilah “Synchronous Learning” yaitu
belajar yang tidak lewat kontak fisik hanya sebatas internet saja, jelaskan!
3. jika anda menjadi seorang guru, bagaimana
anda dapat membuat suatu e learning pembeajaran kimia yang menarik , sehingga
murid tidak cepat bosan ?
4. sebutkan kelemahan dan kelebihan pengembangan e learning dalam pembelajaran kimia?
4. sebutkan kelemahan dan kelebihan pengembangan e learning dalam pembelajaran kimia?
Saya akan menjawab pertanyaan nomor 1.
BalasHapusJawabannya, yaitu lebih terbuka maksudnya: Pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Bertambahnya Interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement). Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (global audience). Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities).
Lebih fleksibel, maksudnya Dengan kegiatan e-Learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi. Artinya, peserta didik dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang. Peserta didik juga dapat berkomunikasi dengan instruktur setiap saat. Dengan kondisi yang demikian ini, peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
Saya mencoba menjawab permasalahan 2.
BalasHapusSebelumnya saya koreksi bahwa pembelajaran yang tidak langsung itu adalah Ansynchronous Learning. Maksudnya guru/dosen/tutor tidak berinteraksi langsung dengan muridnya melalui tatap muka, melainkan melalui media pembelajaran seperti :
a. CD Interaktif/CD pembelajaran,
b. Pelatihan Virtual Self Paced,
c. Pelatihan Komputer berbasis CBTs, Wiki, Situs Blog, dll
Asynchronous Learning memiliki kelebihan, yaitu mahasiswa dapat belajar di mana saja dan kapan saja, mahasiswa dapat belajar secara mandiri, dan dapat belajar secara bebas, tidak terikat disiplin waktu. Begitu pun kelebihan ini juga dapat diperoleh jika diterapkan pada pembelajaran kimia. Walaupun menurut saya, ada beberapa judul materi kimia yang kurang tepat jika hanya dijelaskan melalui cara belajar seperti ini, misalnya stoikiometri atau hitung-hitungan.
Dengan memasukan unsur multimedia seperti yang dijelakan minggu lalu, dimana dalam kita mengajar menggunakan teknologi ada baiknya kita memperlihatkan vidoe tengtang materi itu, gambar, dll
BalasHapusterimah kasih atas jawaban anda, namun mungkin lbih detail lagi dalam menjelaskan
BalasHapusSaya akan menjawab permasalahan nomor 4
BalasHapusKelebihan
1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara, video.
2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu instruktur, tidak perlu minimum audiensi, bisa dimana saja, bisa kapan saja, murah untuk diperbanyak.
3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas, langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran sesuai kebutuhan.
4. Tersedia 24 jam/hari – 7 hari/minggu, artinya penguaasaan materi tergantung pada semangat dan daya serap siswa, bisa dimonitor, bisa diuji dengan e-test.
Kekurangan
1. Kurangnya interaksi antara pengajar dan pelajar atau bahkan antar pelajar itu sendiri.
2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya membuat tumbuhnya aspek bisnis/komersial.
3. Proses belajar mengajar cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan.